Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.
Seri: Eksposisi Surat Ibrani [16]
Tema: Lindungi Pernikahan dari Perselingkuhan
Nats: Ibrani 13:4
Mulai Ibrani 13 penulis Ibrani bicara beberapa aspek praktis bagi hidup kita sebagai umat Allah; mengenai setiap apa yang kita kerjakan; membesarkan anak, keluarga, relasi suami isteri, relasi di tengah komunitas gereja, di antara pemimpin dengan jemaat, relasi dengan uang dan juga bagaimana kita memahami apa artinya menjadi orang Kristen yang penuh cinta dan kasih. Maka bagian ini memimpin kita bagaimana menjalani hal-hal yang konkrit dalam hidup sehari-hari.
Di situlah kita menjalani sebuah ibadah yang sungguh kepada Allah. Ibadah itu bukan soal pengertian dan pengetahuan yang kita dapat mengenai siapa Dia, bukan soal pemahaman pemikiran kita saja, tetapi semua itu menjadi sungguh nyata di dalam hidup kita.
Hari ini tema khotbah saya adalah: “Lindungi Pernikahan dari Perselingkuhan” didasari Ibrani 13:4. Ini bukan saja khotbah bagi engkau yang sudah menikah, atau bagi engkau yang sedang melewati tikungan yang curam di dalam hidup rumah tanggamu, atau bagi engkau yang mungkin sudah mengalami perceraian yang menyakitkan dalam hidupmu. Ini bukan menjadi satu peringatan firman Tuhan yang ingin menjatuhkan kita, tetapi ini adalah firman Tuhan yang memberikan kekuatan dan encouragement bagi setiap kita. Bagi sdr yang sedang mempersiapkan diri masuk ke dalam relasi pernikahan, bagi sdr yang juga dalam relasi pacaran, firman Tuhan ini tetap menjadi firman Tuhan yang mengingatkan dan menjadi warning, namun juga menjadi berkat yang indah bagi kita kalau kita setia dan taat di dalamnya. “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah” (Ibrani 13:4).] Kata yang dipakai di sini: “penuh hormat terhadap perkawinan” menggambarkannya sebagai batu mulia yang begitu berharga; jangan “mencemarkan tempat tidur” itu berarti bicara soal aktifitas seksual di dalam pernikahan itu. Hargai, lindungi, hormati pernikahanmu itu dari immorality dan infidelity; dari tindakan seksual yang amoral dan dari perselingkuhan.
Belakangan ini di dalam sosial media dan juga surat kabar di Australia ramai bicara soal kehidupan di Canberra yang marak dengan perselingkuhan dan hubungan seksual yang terjadi dengan staf di kantor pemerintah, dengan skandal dan perselingkuhan. Boleh kita lihat dari data statistik, tempat kerja menjadi tempat yang paling rawan dan berbahaya dan tempat yang terbanyak terjadinya perselingkuhan. Bukan hanya di kota besar, juga di kota kecil, bahkan di desa; juga bukan hanya bicara mengenai orang-orang yang konsep moralitasnya lemah, atau orang yang mungkin pemahamannya tidak terlalu jelas atau orang yang berpendidikan rendah. Perselingkuhan dan amoralitas banyak terjadi pada orang yang berpendidikan tinggi, bahkan satu realita yang membuat kita menjadi sedih, kecewa, dan malu adanya karena tidak sedikit kasus perselingkuhan itu terjadi di tengah-tengah mereka yang menjadi pemimpin agama, orang yang menyampaikan khotbah, yang mungkin di mimbar berbicara betapa harmonisnya hidup pernikahan dia padahal tadi malam dia baru saja tidur dengan isteri orang lain! Sekalipun orang itu seumur hidup melayani Tuhan, tetapi kalau dia sudah tidak punya hati yang hormat dan takut kepada Allah, dia akan berani melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya. Kita tidak akan melindungi dan menutup-nutupi tidak sedikit hamba-hamba Tuhan selebriti yang terkenal dan sukses jatuh di dalam immoralitas seks seperti itu. Kita tahu ada tokoh apologetik Injili yang terkenal luar biasa, yang baru-baru ini meninggal dunia, tidak berapa lama beberapa wanita kemudian keluar dan menyatakan orang ini melakukan pelecehan seksual kepada mereka. Sedih dan prihatin hati kita melihat hal-hal seperti ini.
Penulis Ibrani memperlihatkan kepada kita apa artinya Yesus menjadi Imam Besar, Ia telah membuka jalan sehingga kita bisa masuk ke dalam tempat maha kudus Allah, itu bukan sekedar pemahaman teologis. Sekalipun di dalam Kritus kita boleh memanggil Allah sebagai Bapa yang begitu dekat dan mengasihi kita, itu tidak boleh menghilangkan kekaguman dan hormat kita kepada Allah. Ibrani 12:28-29 mengatakan, “Jadi karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepadaNya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.” Worship Him with reverence and awe. Ada relasi yang indah sekali: worship God with respect and awe, and you will have respect your marriage, you will respect your spouse, husband and wife, dan engkau akan menjaga hidup pernikahanmu daripada perselingkuhan dan penyelewengan.
Bagaimana sdr dan saya melindungi pernikahan, relasi antara suami isteri itu dari perjinahan, dari perselingkuhan, dari hal-hal seksual yang amoral, karena kita tahu cepat atau lambat hal itu akan menghancurkan relasi kita. Bukan itu saja, generasi yang ada di bawah kita tidak sepatutnya menanggung noda dari hal-hal seperti itu. Ada empat hal yang saya ajak kita melihat bagaimana kita melindungi pernikahan kita dari godaan perselingkuhan.
Yang pertama, bicara bagaimana kita memahami relasi kita dengan Tuhan. Seringkali ketika terjadi persoalan dan ada hal yang tidak beres dalam satu pernikahan, dua belah pihak cenderung saling mempersalahkan satu sama lain dan pihak yang menjadi pelaku berusaha mencari pembenaran kenapa dia sampai jatuh kepada sebuah perselingkuhan. Sebagai orang Kristen, kita tidak boleh melupakan bahwa pernikahan orang Kristen itu bukan relasi dua pribadi tetapi relasi tiga pribadi. Sejak dari awal penciptaan, Kejadian 2:22-24 mencatat mengenai pernikahan pertama terjadi di taman Eden inisiatifnya datang dari Allah, bukan karena Adam dan Hawa saling mau; bukan karena dua orang itu merasa cocok, bukan karena dua orang itu memiliki ketertarikan secara seksual. Maka dalam pernikahan Kristen seorang pria dan seorang wanita saling menyatakan sumpah dan janji setia di hadapan Allah. Janji nikah yang engkau dan saya lakukan pada waktu pernikahan bukan suatu hafalan belaka. Janji itu bicara mengenai trust, commitment, bukan kepada pasanganmu saja, tetapi kepada Allah yang menjadi saksi bagi pernikahan kita. Sehingga hal pertama kita melindungi pernikahan kita, kita harus perhatikan bagaimana relasi kita dengan Tuhan kita.
Rasul Petrus memberikan nasehat yang sangat penting mengenai hubungan suami isteri, “Demikian juga kamu, suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang” (1 Petrus 3:7). Kata “doa” di sini hanya salah satu aspek dari ibadah; tetapi pada waktu sdr berdoa, itu bicara soal hubungan personal kita dengan Tuhan. Ayat ini jelas sekali bicara ketika relasimu dengan Tuhan terhalang, kemungkinan besar itu karena ada hambatan yang terjadi di dalam relasi suami isteri. Sebaliknya hal yang sama, halangan di dalam relasi kita dengan Tuhan juga akan menciptakan hambatan di dalam relasi di antara suami isteri. Jikalau hubungan vertikal kita dengan Allah indah, baik dan lurus maka otomatis itu akan menghasilkan hubungan horisontal yang erat dan asri di dalam relasi suami isteri.
Rev. Paul Tripp mengatakan tidak ada kehidupan rumah tangga yang lepas dari persoalan; masing-masing kita punya kesusahan, kesulitan persoalan, dan ada konflik di dalamnya. Dan seringkali untuk mengatasi akan hal itu, kita pikir kita perlu ikut program conflict management, bagaimana kita datang kepada konselor bicara bagaimana kita bisa manage komunikasi satu dengan yang lain supaya persoalan yang timbul bisa diatasi. Dia mengatakan ada hal yang lebih dalam dan lebih penting, banyak persoalan terjadi dalam hubungan horisontal oleh sebab ada hal yang tidak beres dalam relasi kita kepada Tuhan.
Pada waktu Yusuf dirayu oleh isteri Potifar untuk tidur dengan dia, Yusuf tidak berkata: bagaimana mungkin aku merugikan isteri Potifar, atau bersalah kepada suaminya, tetapi] dia berkata: “Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” (Kejadian 39:9). Kita harus senantiasa ingat pada suatu hari kita akan berdiri di hadapan Allah dan tidak ada yang tersembunyi di hadapanNya, sehingga John Calvin mengingatkan kita sebagai anak Tuhan untuk senantiasa hidup “coram Deo” living in the presence of God. Apapun yang kita kerjakan dan lakukan setiap waktu, kita senantiasa harus ingat kita sedang berdiri dan dilihat oleh Allah, dan kesadaran itu menyebabkan kita hormat dan takut kepada Tuhan.
Hal yang ke dua, lubang di dalam relasi kita dengan Tuhan adalah ketika seseorang berani “cheating” dengan pasangannya dan merasa tidak akan pernah tertangkap basah dan menerima akibatnya; biasanya orang itu merasa selama ini ada pengalaman berkali-kali “cheating” dengan dosa kepada Tuhan tidak ada efek apa-apa. Pada waktu ada seorang pendeta berselingkuh dan berjinah dengan wanita lain, lalu gereja menutup-nutupi karena dia adalah seorang yang hebat, pandai berkhotbah dan berkharisma. Banyak orang yang suka dan tertarik. Gereja diam-diam memindahkan dia tugas di tempat lain dan menganggap skandal itu tidak ada apa-apa. Dia berpikir tidak ada konsekuensi, tidak ada hukuman dan disiplin diberikan, hanya disuruh break sementara lalu sesudah beberapa waktu dikasih kesempatan untuk berkhotbah lagi di mimbar. Orang juga lupa, orang kagum karena dia begitu fasih dan pandai berbicara, punya daya tarik dan kharisma yang luar biasa. Jangan anggap cheating itu hal yang enteng dan tidak serius. Mungkin konsekuensi daripada hukuman Allah tidak langsung tiba kepadanya hari itu juga tetapi bukan berarti Allah tutup mata akan hal itu. Allah hanya menunda penghukumanNya. Kesalahan konsep mengenai anugerah Allah dan pengampunan Allah; menganggap kita semua manusia yang lemah, itu menjadi excuses dan pembenaran, dengan ringan dia berkata: saya mengalami pergumulan ini, saya hanya manusia biasa, saya bisa lemah dan jatuh. Tetapi Tuhan mengampuni saya. Memang benar, Tuhan dengan sungguh menawarkan dan memberikan pengampunan ketika seseorang dengan hati yang hancur dan sungguh-sungguh datang kepada Tuhan mengakui dosa-dosanya dan memohon pengampunan dariNya. Ketika orang berpikir oh, gampang sekali yah, sesudah saya berbuat dosa, saya tinggal minta ampun kepada Tuhan, Tuhan mengampuni, lalu kemudian saya bisa berbuat dosa lagi, itu berarti dia tidak menghargai apa itu pengampunan Allah dan tidak menghargai darah Yesus yang mahal itu. Jangan sampai pengertian: sekali selamat tetap selamat, keselamatan jiwa kita sudah terjamin, pengampunan Allah bukan sesuatu yang bisa kita permainkan di dalam hidup ini. Relasi kita dengan Tuhan beres, hormat kita kepada Tuhan dengan beres, selalu kagum dan takut kepada Tuhan akan membuat engkau juga melihat seluruh hidupmu, termasuk pernikahanmu dan keluargamu juga dengan hati yang beres. Engkau akan mencintai isterimu dan suamimu karena relasi kita dengan Tuhan itu penting luar biasa.
Yang ke dua, bagaimana kita melindungi pernikahan kita? Mungkin tidak ada yang salah di dalam pernikahan sdr; relasi dengan pasangan suami dan isteri dan dengan anak-anak baik dan beres; semua indah dan baik di dalam rumah tanggamu selain mungkin beberapa hal yang menciptakan cekcok dan perselisihan, tetapi itu soal yang kecil dan minor. Tetapi kita hidup di dalam dunia yang berdosa, kita berada sama-sama dalam lingkungan orang-orang yang berdosa, kita harus tahu ada orang jahat, ada intruder, ada maling yang mau masuk mengambil dan merusak apa yang baik di dalam keluarga kita. Kita harus melindungi pernikahan kita dari intruder itu. Kita harus waspada khususnya kepada seksual predator yang umumnya kelihatan charming, dan penuh perhatian. Orang ini memang punya intention untuk menghancurkan pernikahanmu, orang yang punya emosi yang sangat tidak stabil, dan seringkali orang yang tidak waspada ketika bertemu dengan orang seperti ini awalnya sangat friendly dan mungkin memberikan perhatian yang sangat attentive kepada sdr tetapi mereka adalah orang-orang yang memang predator. Jangan beri dia pintu masuk ke dalam pernikahanmu.
Yang ke tiga, kita bicara soal diri kita sendiri untuk selalu waspada karena itu bisa menjadi lubang masuknya infidelity dan itu ada di dalam hati dan nafsumu. Bicara mengenai engkau dan saya di dalam melindungi pernikahan kita, pertanyaan saya simple: apakah anda mulai menyimpan bayang-bayang rahasia dan secretive dalam bayang-bayang gelap hati dan pikiranmu dan engkau tidak sharing dan membicarakan itu dengan pasanganmu? Jikalau gerak-gerikmu, tindakanmu, caramu berpikir sudah mulai secretive, sudah tidak mau berbicara dengan tulus dan jujur dengan pasanganmu, tidak mau terbuka dengan isteri atau suamimu, hari ini saya meminta engkau mulai memperhatikan hatimu, jika engkau mulai melakukan tindakan-tindakan yang tersembunyi. Berjalanlah di dalam terang Tuhan dan mulai sekarang berkatalah dengan jujur, dengan tulus dan terbuka dengan pasanganmu. Mungkin excuses sdr: susah pak, ngomong dengan suami. begitu mulai mau ngomong, end-upnya berantem. Tetapi kalau bicara mengenai persoalan rumah tanggaku dengan dia di kantor, koq nampaknya lebih connect. Dia orangnya sabar, mau mendengarkan dan memberikan nasehat-nasehat yang menolong persoalanku. Akhirnya lama-lama jadi terbiasa, keluar minum kopi sama-sama, ngobrol, dsb. Lalu kemudian bermula dari situ mulai ada ketertarikan dan emosi mulai bertumbuh, lalu sdr simpan sendiri hubungan itu karena tahu itu sudah tidak benar, tetapi sdr tidak mau lepaskan. Sdr menjadi secretive. Hari ini saya memanggil setiap suami isteri, terbuka dengan jujur, jangan ada lagi rahasia tersembunyi di dalam hidupmu karena itu adalah pintu yang gelap menuju kepada perselingkuhan yang akan menjerat engkau. Kalau sdr mau, join bersama dengan email, mobile phone akses masing-masing bisa lihat, bicara dengan terbuka. Mulai dari hal yang kecil, hal yang simple seperti ini.
Yang ke empat barulah kita bicara tentang bagaimana kita memelihara keintiman dan trust satu sama lain sebagai suami dan isteri agar kita melindungi pernikahan kita dari perselingkuhan. Pertanyaan saya: apakah anda berpikir bahwa pernikahanmu adalah sebuah kesalahan? Kita mungkin mempunyai imajinasi mengenai pasangan ideal dan kadang-kadang kita rasa pasangan kita tidak seperti itu. Bisa jadi kita juga mempunyai bayangan ideal seorang hamba Tuhan seharusnya begini, dan ketika orang itu tidak seperti itu, engkau menjadi kecewa karena gambaran ideal itu berbeda dengan realita yang ada. Demikian juga kita mempunyai gambaran ideal mengenai suami atau isteri yang kita idam-idamkan dan akhirnya menjadikan itu sebagai tujuan pernikahanmu dan akhirnya mulai kecewa ketika pasanganmu tidak seperti itu. Padahal tidak ada yang namanya pasangan ideal, itu hanya pikiran orang yang akan menikah. Akhirnya karena pikiran seperti itu, akhirnya melihat orang lain yang penuh perhatian seperti yang dia idamkan, maka mudah sekali itu membuka celah bagi perselingkuhan terjadi karena berpikir pernikahanmu adalah sebuah kesalahan.
Ingat baik-baik: pernikahanmu itu adalah bukan kesalahan. It is God’s design for you. Tetapi kita harus berjuang untuk menjadikan pernikahan itu indah dan baik. Jikalau ada hal yang pernah terjadi salah dan keliru dalam pernikahanmu, bawa kepada Allah yang sanggup merestorasi segala sesuatu dengan indah.
Bukan itu saja, di antara pasangan yang sudah menikah berpuluh tahun mungkin terjadi yang namanya “visual lethargy” melihat pasangan tidak lagi memberikan excitement melihat dia. Dulu waktu pacaran dan baru menikah, lihat isteri atau suami tidak pernah bosan dan foto-fotonya dipandang setiap ada kesempatan. Dulu masih muda cantik, setelah 50 tahun memang jadi agak kendor. Dulu waktu masih muda ganteng, sekarang ubanan dan botak, kita tidak bisa ubah. Paling-paling yang bisa sdr lakukan sedikit merawat dengan kosmetika. Dulu waktu pacaran, pakai minyak wangi yang harum. Sekarang sudah 50 tahun menikah, kamar bau minyak angin dan minyak macan. Encoklah, dsb. Mungkin ada orang tidak terjebak kepada infidelity secara fisik tetapi visual affair. Karena gambaran ideal seorang wanita seperti ini, lalu membuat kita memprojeksikan kepada hal-hal yang lain. Betapa destruktif visual lethargy itu leading kepada affair, dengan pornografi, dengan dating online. Betapa destruktif kalau itu sudah memenuhi imajinasi dan penuh dengan kekecewaan dengan pasangan dan kita tidak try out untuk melakukan yang terbaik bagi pernikahan kita dan terus berpikir seandainya tidak menikah dengan dia, karena itu bermula dari hati yang memang tidak mau berusaha dan melindungi pernikahan itu. Itulah sebabnya panggilah saya hari ini: lindungi pernikahanmu dari kekecewaan, dari visual lethargy, ini bukan pekerjaan satu dua hari, ini selalu harus menjadi komitmen sepanjang hidup membuat pernikahan kalian berdua terus indah.
Mulai hari ini saya harap sdr membawa firman Tuhan ini dan dengan sungguh memelihara pernikahan kalian baik-baik. Jikalau penulis Ibrani mengingatkan dan mengatakan hormati dan jaga pernikahanmu karena itu adalah satu hal yang sangat berharga. Itu bukan saja apakah akan mendestruksi pernikahan atau tidak, kalimat terakhir ayat ini kembali membawa hal yang bersifat vertikal: Tuhan akan menghakimi dan menghukum orang yang terus-menerus hidup di dalam kehidupan seksual yang amoral dan infidelity seperti itu. Marilah kita menjadi anak-anak Tuhan yang terus melindungi relasi keluarga dan rumah tangga kita;sekalipun kepada orang yang tidak menikah, firman Tuhan ini tetap berlaku dengan hidup hormat dan respek kepada Allah. Jikalau ada hal-hal pertengkaran, ada hal-hal yang tidak baik di antara sdr berdua, masing-masing bawa hati dan koreksi di hadapan Allah. Jikalau ada self-righteous, arogansi, kemalasan, acuh tak acuh, mau menang sendiri, kita perbaiki itu. Kita jadikan pasangan kita lebih penting dan lebih utama daripada orang-orang yang lain dalam hidup kita. Kiranya Tuhan menjaga dan melindungi isteri dan suami kita dari pencobaan dan godaan yang bisa merusak dan menghancurkan hubungan kita. Kiranya rumah tangga kita penuh dengan sukacita, kebahagiaan, damai sejahtera Allah, dan hati yang saling mengasihi, mencintai dan mengampuni di antara kita satu dengan yang lain.(kz)
