Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.
Seri: Eksposisi Surat Ibrani [20]
Tema: Hidup Sukses atau Hidup Terhormat?
Nats: Ibrani 13:12-18
Kita tiba pada bagian yang terakhir dan khotbah yang terakhir dari seri Eksposisi Surat Ibrani, merenungkan tema: “Hidup Sukses atau Hidup Terhormat?” berdasarkan Ibrani 13:18 “Berdoalah terus untuk kami; sebab kami yakin, bahwa hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik.” Pray for us, for our conscience is clear and we want to live honourably in everything we do.
Mana yang lebih bernilai bagi dunia ini: hidup sukses atau hidup terhormat? Jelas jawabannya adalah: hidup sukses. Itulah yang terus dikejar manusia, bukan? Dan hidup sukses itu diukur berdasarkan berapa banyak materi yang dimilikinya, berapa banyak gelar yang berbaris di belakang namanya, dan berapa tinggi karir yang dicapainya. Dan boleh dikatakan, orang-orang yang dijadikan “idola” dan perwakilan hidup sukses adalah Jeff Bezos, Jack Ma, Bill Gates atau Steve Jobs, dan beberapa gelintir orang-orang yang super kaya lainnya, yang sebetulnya tidak banyak. Yang menyedihkan, konsep seperti itu juga dikumandangkan dari mimbar-mimbar gereja dan menjadi berita yang terus didengar dan dipegang oleh sebagian orang Kristen. Oleh karena iming-iming bahwa hidup sukses dan kaya itu adalah sumber kebahagiaan yang harus menjadi tujuan hidup, maka tidak heran orang dengan segala macam cara berusaha meraihnya, termasuk dengan cara-cara yang tidak terhormat.
Sangat sedih kalau kita melihat pejabat-pejabat publik di Indonesia, tidak terlepas daripada mereka yang latar belakang agamanya Kristen. Sangat sedih, melihat tindakan mereka telah mencoreng nama Kekristenan, belum lagi kalau orang itu mungkin baru saja memberi kesaksian di gereja sebagai seorang pejabat publik, sebagai seorang pengusaha yang sukses, kaya, dsb. Dan setelah selesai apa yang dia katakan di mimbar, semua orang kagum dengan hidup seperti itu, dia bisa menyampaikan kesaksian hidupnya sebagai anak Tuhan yang sukses, lalu turun dari mimbar, seminggu kemudian ditangkap oleh KPK karena korupsi dan segala hal. Kenapa? Kenapa harus hidup seperti itu? Firman Tuhan hari ini menjadi peringatan bagi setiap kita bahkan termasuk kepada hamba-hamba Tuhan. Jangan karena mau dilihat sebagai orang sukses dan hebat dalam pelayanan akhirnya memakai cara-cara yang dishonour kepada Allah. Hati yang iri dan benci kepada keberhasilan orang lain, hati yang serakah dan tamak, akhirnya kemudian membuat kita memakai cara-cara yang tidak benar, cutshort di segala macam, menghalalkan segala cara, menipu dan melakukan korupsi demi supaya bisa lebih kaya. We live a dishonourable life; kita menjalankan hidup yang tidak hormat. Jangan salah. Kita tidak takut untuk mendapat sukses; kita bukan menjadi orang Kristen yang takut untuk memperoleh kekayaan atau monolak karir yang makin menanjak naik. Kita tidak berbicara soal itu. Tetapi firman Tuhan mengajar kita, apa yang lebih penting dan apa yang lebih perlu kita ketahui bicara soal sukses dan prosper. Amsal 11:10 mengatakan, “Bila orang benar mujur, beria-rialah kota; dan bila orang fasik binasa, gemuruhlah sorak-sorai.” When the righteous [tsaddiq] prosper, the city rejoices; when the wicked perish, there are shouts of joy. Pada waktu orang benar itu sukses dan prosper, seluruh kota bersukacita karena kehadiran orang benar itu memberkati orang-orang yang ada di sekitarnya. Sebaliknya ketika orang yang jahat menjadi kaya dan berkuasa, mereka akan menindas dan menyengsarakan hidup orang-orang di sekitarnya di dalam keserakahan dan kejahatannya. Jadi bukan soal uangnya; bukan soal sukses dan makmurnya seseorang, tetapi jikalau hati orang itu penuh dengan segala kejahatan, justru semua yang dia pegang dan genggam itu sanggup merugikan dan menghancurkan orang lain.
Ibrani 11-13 berbicara mengenai bagaimana respon kita hidup beriman kepada Tuhan di atas muka bumi ini. Dan khususnya di pasal 13, penulis Ibrani memberikan prinsip-prinsip yang begitu penting dan perlu kita jalankan secara praktis sebagai anak-anak Tuhan, sebagai orang-orang yang telah Tuhan tebus menjadi milikNya, sebagai orang-orang yang tsaddiq di dalam dunia ini. Ibrani 13:1-3 mengajar kita bagaimana kasih kita harus extend bukan saja kepada orang-orang yang dekat dengan kita tetapi juga kepada orang-orang yang tidak sanggup untuk bisa membalas kembali kepada kita. Ibrani 13:4 bicara mengenai bagaimana menjaga dan melindungi kesucian daripada pernikahan kita. Ibrani 13:5 penulis Ibrani ingatkan: cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu; jangan menjadi serakah dan menjadi hamba uang. Ibrani 13:7 dan 17 memanggil kita untuk respek dan hormat kepada orang-orang yang telah melayani kita dan telah memberikan jasa yang luar biasa bagi pembentukan dan penggembalaan daripada hidup kita sehingga kita boleh menjadi apa adanya saat ini. Kita bersyukur ada hamba-hamba Tuhan, ada guru-guru sekolah minggu, yang memberikan fondasi yang baik bagi pertumbuhan iman kita. Hidup kita ada semata-mata ditopang oleh begitu banyak hal; ditopang oleh anugerah pemberian orang, ditopang oleh sacrifice pelayanan daripada orang-orang lain. Terlebih lagi, ada fondasi yang lebih dalam di bawah permukaan, hidup kita sesungguhnya ada semata-mata ditopang oleh pengorbanan daripada Tuhan kita Yesus Kristus. Itulah sebabnya mengerti akan hal ini membuat setiap panggilan dari firman Tuhan yang kita dengar tidak menjadi desakan dan pengorbanan yang berat untuk kita kerjakan dan lakukan. Ketika firman Tuhan mengingatkan kita untuk hidup puas dan jangan serakah, di situ kita melatih dan mendisiplin hati kita untuk berbagian memberikan persembahan dan dukungan kepada pekerjaan dan pelayanan kepada Tuhan. Itu bukan berarti gereja minta-minta uang; itu bukan berarti kita memberikan tekanan ataupun beban yang berat kepada orang; tetapi semua panggilan dan khotbah yang saya sampaikan kepadamu menjadi sesuatu guidance bagaimana seharusnya dan sepatutnya kita berespon kepada Tuhan. Semua khotbah itu untuk membawa engkau dan saya untuk hidup selayaknya sebagai orang-orang yang telah ditebus oleh Tuhan, sebagai orang-orang yang telah dibenarkan Tuhan, menjalankan satu hidup sebagai orang yang saleh dan benar di hadapan Tuhan. Kita bisa kaya, kita bisa tidak kaya; kita bisa sakit, kita bisa susah, kita bisa hidup lancar atau kita bisa menjadi orang yang dihargai dengan jabatan tertentu, dsb, itu semua adalah aspek yang ada di luar. Namun core yang paling penting adalah bagaimana hati kita dipimpin dengan terang, dengan clear dan jelas melihat semuanya pada tempatnya, what kind of value, what kind of life, what decisions yang kita ambil dan jalani.
Ibrani 13:18 menjadi kerinduan dari penulis Ibrani dan saya harap juga menjadi kerinduan setiap kita: “Pray for us, for our conscience is clear and we want to live honourably in everything we do.” Saya rindu ini menjadi doa kita setiap hari. Yang pertama: Tuhan, berikanlah aku hati nurani yang senantiasa disucikan dan dibersihkan oleh Tuhan. Hati nurani yang murni, yang bersih daripada segala kekotoran dan hal-hal yang tidak patut dan remeh. Dan terang cahaya firman Tuhan itu harus menjadi cermin yang membuat kita merefleksi diri. Setiap kali mendengarkan khotbah tiap minggu, kita tidak boleh berhenti sampai melihat khotbah itu sekedar suggestion, nasehat dan usulan; pada waktu kita membaca firman Tuhan, itu tidak boleh berhenti hanya sekedar sebagai memotivasi atau sekedar uplifting our spirit; setiap firman Tuhan yang kita dengar dan kita renungkan harus menjadi sebuah transformasi yang membentuk hidup kita.
Yang ke dua: Tuhan, saya mau menjalani hidup yang honourable di dalam segala sesuatu yang aku lakukan. Satu kalimat doa yang indah luar biasa, di dalam segala sesuatu apapun yang saya kerjakan, apapun yang saya lakukan, saya mau itu honourable; kita rindu menjalani sebuah hidup yang terhormat di dalam segala sesuatu. Apa itu hidup terhormat? Hidup terhormat tidak sama dengan hidup yang minta dihormati. Hidup terhormat bukan sesuatu entitlement, bukan sesuatu hak yang engkau tuntut orang berikan kepadamu. Hidup terhormat adalah satu hidup yang bukan saja sampai kepada level mengerti apa yang benar, tetapi menjalankan apa yang benar; bukan saja memiliki prinsip yang benar, tetapi menjadi seseorang yang konsisten menjalankan prinsip ini. Yang dinamakan “honourable life” yaitu honour what you say. Honourable berarti orang melihat engkau adalah orang yang benar, orang yang tsaddiq. Segala sesuatu apapun yang kita kerjakan, hendaklah itu memuliakan Tuhan.
Bagaimana prinsip yang paling penting hidup honourable di atas muka bumi ini? Ada beberapa hal yang penulis Ibrani berikan di sini. Pertama, penulis Ibrani berkata, “Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri. Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya” (Ibrani 13:12-13). Apa artinya ayat ini? Penulis Ibrani ingin membawa kita melihat kepada Yesus Kristus yang menjadi contoh teladan kita; Ia yang agung dan mulia, Ia menjalani hidup yang terhormat itu. Namun dalam penderitaan dan kematianNya, Yesus mengalami penghinaan yang begitu besar yang tidak sepatutnya Ia terima. Nabi Yesaya berkata, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan” (Yesaya 53:3). Dia keluar dari tempat yang terlindung itu, Dia keluar dari perkemahan itu, Dia terusir pergi ke pelataran, dan mempersembahkan hidupNya di dalam segala kehinaan dan dipermalukan. Itu adalah satu lukisan Yesus Kristus telah melakukan sacrifice itu bagi kita. Di situlah kita mengerti, hidup Yesus terhormat bukan sebagai suatu entitlement, padahal Ia memang selayaknya dan sepatutnya menerima segala hormat dan sembah dari manusia. Namun hidup Yesus terhormat karena Ia tidak menolak segala penghinaan, Ia tidak menghindar dari segala penderitaan, bahkan terusir sampai keluar “pintu gerbang,” dan itu semua Ia lakukan demi untuk menebus dan menguduskan kita umatNya. Puji Tuhan! Itulah satu contoh dan bukti yang paling ultimate dari sebuah hidup yang terhormat. Apa respon kita memahami hal ini? Penulis Ibrani berkata, “Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya” (Ibrani 13:13). Kita dipanggil untuk menjalani hal yang sama, sekalipun kita tidak lagi dan kita tidak mungkin sanggup bisa memberikan pengorbanan yang setara dengan pengorbanan yang Yesus Kristus telah lakukan. Inilah pattern dan pola yang kita belajar dari sebuah hidup yang honourable. Pertama, sekalipun oleh karena imanku kepada Yesus Kristus saya mendapatkan hal yang hina, dipermalukan, mengalami apa yang dikatakan tadi: di luar perkemahan, di-expelled dari komunitas; tidak apa-apa, jikalau itu bring honour to God. Ke dua, pada dasarnya kita bukan orang yang terhormat. Bukan saja karena kita mungkin dari keluarga yang tidak mampu, kurang berpendidikan, bukan dari pedigree unggulan. Tetapi terlebih lagi kita dahulu bekas orang yang tidak benar, kita hidup penuh dengan cacat cela; hati kita hanya mementingkan diri sendiri, serakah dan iri kepada orang lain. Namun pada waktu kita mengenal Yesus Kristus, hidup kita diubah, kita dimungkinkan untuk hidup honourable di hadapan Tuhan. Di situlah kita senantiasa sadar kita adalah manusia yang lemah dan kecil, kita hanyalah debu tanah belaka; orang yang tidak punya arti dan tidak berharga. Tetapi Tuhan mau menjadikan kita bejana yang mulia oleh sebab Yesus Kristus. Tuhan panggil kita menjadi seorang yang honourable, itu adalah privilege yang Tuhan beri dan percayakan kepada kita.
Maka di dalam level apapun, marilah kita menjadi orang Kristen yang tidak berbohong, kita tidak mau mengambil dan mencuri apa yang bukan hak milik kita, sekecil apapun itu. We do the right thing. Dan saya percaya itulah hal yang paling penting dan paling indah di mata Tuhan. Dan beberapa prinsip ini tidak boleh tidak ada di dalam hidup kita. Sama seperti Yusuf yang sekalipun jauh dari orang tua, tidak ada yang lihat, pada waktu isteri Potifar menggoda dan membujuk dia untuk tidur dengan wanita itu, dia berkata: “Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” (Kejadian 39:9). Itu sebab dia harus menanggung konsekuensinya, dia ditangkap dan dipenjara, dihina, itu tidak menjadi sesuatu yang merugikan hidup dia. Dalam Kisah Rasul 24, pada waktu Paulus berada dalam penjara, gubernur Feliks berharap bahwa Paulus akan memberikan uang suap kepadanya, karena itu ia sering memanggilnya untuk bercakap-cakap dengan dia (Kisah Rasul 24:26). Karena Paulus tidak mau memakai cara itu, gubernur Feliks memperpanjang Paulus punya kasus dan Alkitab mencatat dua tahun lamanya Paulus tinggal dalam penjara karena hal itu, sekalipun dia tidak bersalah dan sekalipun dia adalah seorang warganegara Romawi yang tidak boleh diperlakukan seperti itu sebetulnya. Kenapa tidak kompromi saja? Buang waktu, buang tenaga, di dalam penjara seperti itu. Tetapi pertanyaan yang paling penting: apakah kita mau menjadi anak Tuhan, apa artinya saya hidup memuliakan dan menjadikan Tuhan lebih daripada segala-galanya? This is an honourable life yang kita kerjakan dan lakukan.
Yang ke dua, penulis Ibrani mengingatkan, “Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang” (Ibrani 13:14). Berarti kita senantiasa tahu dan ingat hidup kita di dunia ini terbatas, hidup kita hanya sementara, di sini kita tidak punya tempat permanen, satu hari kelak kita akan segera berlalu. Artinya, semua yang ada pada kita juga tidak akan permanen, kita tidak bisa pegang dan genggam erat-erat karena dengan mudah bisa hilang dan lenyap. Dan kita juga harus ingat kita itu bukan pemilik; kita hanyalah penatalayan, manager Tuhan. Semua yang ada pada kita itu Ia berikan dan percayakan untuk kita kelola dengan baik-baik. Dan satu hari kelak Tuhan akan menuntut pertanggung-jawaban atas apa yang kita kerjakan dan lakukan terhadap semua itu.
Maka pada waktu Alkitab katakan: jangan serakah, jangan cinta uang, ingatlah baik-baik. Apa yang ada padamu; hidup kita tidak tergantung dengan kekayaan itu, demikian kata Tuhan kita Yesus Kristus. Ingatkanlah kepada mereka yang berkelebihan supaya mereka bukan kaya secara materi di dunia ini tetapi kaya di hadapan Allah. Berkali-kali Yesus memberikan begitu banyak perumpamaan-perumpamaan kepada kita. Bukan soal berapa banyak yang dipercayakan; satu, dua atau lima talenta yang paling penting, tetapi soal kita tahu bagaimana kita setia di dalam menjadi penatalayan kepada talenta itu. Penulis Ibrani ingatkan, kita tidak perlu pegang erat-erat apa yang hanya sementara di sini; kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap di dunia ini. Kita sedang mengembara menuju tempat yang tetap dan kekal di sana. Kalimat ini tidak berarti kita tidak perlu peduli kepada apa yang terjadi dalam dunia ini. Kalimat ini penting sekali untuk senantiasa ingatkan kepada kita, kita bukan pemilik, kita hanya dititipkan saja. Dan itu hal yang sanggup mencegah kita untuk tidak menjadi orang yang serakah dan hanya mementingkan diri sendiri, karena itu semua bukan milik kita. Tetapi sekaligus kita akan hidup dengan indah di atas muka bumi ini kalau kita tahu Tuhan memberikan semua itu untuk kita nikmati, tetapi saat yang sama kita selalu tahu dan sadar itu bukan punya kita.
Yang ke tiga, Ibrani 13:15-16 berkata, “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.” Hidup yang terhormat bukan sekedar melakukan kebaikan, melakukan charity menolong orang-orang yang kekurangan, itu adalah sacrifice yang pleasing God. Dan bukan saja ucapan mulut bibir kita memuliakan Tuhan, tetapi tindakan kita melakukan kebaikan, kita perlu melakukan semua itu. Dan itu semua kita lakukan bukan untuk mengumpulkan pahala di masa yang akan datang, tetapi sebagai respon terhadap panggilan Tuhan.
Tuhan ingatkan bahwa kita telah ditebus dari cara hidup yang sia-sia dan tidak punya apa-apa yang bisa membuat kita bangga di hadapan Tuhan. Tetapi kita bersyukur jikalau Tuhan mempercayakan pekerjaan yang baik, mempercayakan kita menjadi saksi Injil bagi dunia ini, dan ambil bagian melayani di dalam gereja, bukan karena kita lebih kaya, lebih mampu, lebih hebat, tetapi apa yang kita kerjakan dan lakukan itu adalah bagi hormat dan kemuliaan nama Tuhan.
Dan lebih daripada itu, Tuhan memanggil engkau dan saya dalam bagian dan porsi masing-masing untuk merestorasi dan memulihkan dunia ini. Sebab pada waktu firman Tuhan berkata, “di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang,” itu juga mengingatkan sdr dan saya bahwa kita memiliki “dual citizenship,” kewarganegaraan ganda. Kita memiliki kewarganegaraan surgawi, itu status kita yang sah; kita boleh masuk ke dalam surga oleh karena kewargaan yang diberikan oleh Kristus bagi kita. Tetapi engkau dan saya juga adalah warganegara di atas muka bumi ini. Tuhan panggil engkau dan saya bukan sekedar menjadi orang tsaddiq di dalam relasi kita dengan Allah, tetapi Tuhan memanggil kita untuk menjadi seorang yang tsaddiq, orang yang benar, di dalam relasi kita di dalam kehidupan kita dimana kita berada. Masing-masing kita mempunyai porsinya sendiri, kecil atau besar, itu seturut dengan anugerah yang Tuhan beri kepada kita.
Hidup honourable di hadapan Tuhan, kita dipanggil untuk menjalani hidup memulihkan dan memperbaiki, merestorasi dunia ini; merestorasi hubungan kita dengan sesama anak-anak Tuhan, merestorasi relasi kita dengan orang yang di luar daripada gedung gereja dan komunitas ini. Semoga firman Tuhan pada hari ini menggugah dan menjadi dorongan kekuatan bagi engkau dan saya. Setiap hari berdoa kepada Tuhan, dalam apapun yang kita kerjakan, kita mau memuliakan Tuhan dan tidak mempermalukan Tuhan dalam hidup kita. Kiranya Tuhan pimpin setiap kita supaya hari, tahun dan waktu yang begitu berarti dan berharga Tuhan berikan menjadi hidup yang berarti dan bermakna; hidup yang sungguh-sungguh honourable dan bagi hormat dan kemuliaan nama Tuhan semata-mata. Karena di situlah dunia mengetahui kita adalah anak-anak Tuhan dan milik Tuhan.(kz)
