Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.
Seri: Eksposisi Surat Ibrani [18]
Tema: Respect and Love for Your Pastor
Nats: Ibrani 13:7, 17
“Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka” (Ibrani 13:7). Remember your leaders who taught you the word of God. Think of all the good that has come from their lives, and follow the example of their faith.
“Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu” (Ibrani 13:17). Obey your leaders and submit to them, for they are keeping watch over your souls, as those who will have to give an account. Let them do this with joy and not with groaning, for that would be of no advantage to you.
Ibrani 13:7 bicara kepada mereka yang pernah menjadi gembalamu di masa yang lalu; kemudian ayat 17 menjadi panggilan untuk hormat dan respek kepada mereka yang sekarang sedang menjadi gembala di tengah-tengahmu. Dengan membaca dua ayat ini maka kita bisa melihat kepada penerima surat Ibrani ada gembala-gembala, orang-orang yang pernah melayani di tengah-tengah mereka yang mungkin sudah tua atau sudah meninggal dunia sehingga terjadi pergantian gembala di situ. Atau mungkin ada gembala-gembala yang sudah pergi dari tengah-tengah pelayanan mereka untuk melayani ke tempat lain dan tidak lagi menggembalakan di tempat itu. Penulis Ibrani mengatakan, ingatlah akan mereka; ingatlah apa yang sudah mereka kerjakan dan lakukan. Ini adalah satu panggilan yang sangat indah dan baik bagi setiap anak Tuhan. Kita tahu ada hamba-hamba Tuhan, ada orang-orang yang telah melayani sehingga kita sampai hari ini ada apa adanya, kita tidak boleh melupakan orang tua yang telah membesarkan kita, keluarga kita; kita tidak boleh melupakan pendeta-pendeta, guru-guru Sekolah Minggu yang telah melayani kita pada waktu kita masih kecil. Kita ada sampai hari ini tidak lain dan tidak bukan oleh karena penggembalaan dan juga dedikasi dan doa mereka bagi engkau dan saya.
Tetapi pada saat yang sama kita menangkap satu kesan, penulis Ibrani ini sedang berhadapan dengan jemaat yang mengalami pergumulan untuk menerima dan mengasihi gembala yang ada di tengah-tengah mereka. Bisa jadi gembala-gembala yang sebelumnya itu meninggal karena aniaya dan tantangan yang dialami, atau mungkin mereka sudah tua, atau mungkin pergi ke tempat lain, dan sekarang yang ada di tengah mereka adalah gembala yang muda dan masih baru. Mungkin style leadershipnya berbeda, karakternya berbeda, style khotbahnya berbeda, dsb. Dalam hal itu penulis Ibrani mengatakan: hormatilah mereka, walaupun mereka masih baru di tengah-tengah kamu, cintai dan kasihilah mereka. Bring joy, bawalah sukacita kepada mereka. Dan itu menjadi hal yang sangat spesifik yang akan kita lihat pada hari ini. “Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu” (Ibrani 13:17). How to bring joy for your pastor; bagaimana kita membawa sukacita dan kegembiraan bagi orang-orang yang melayani kita? Ada beberapa hal yang saya rindu kita boleh belajar sama-sama dan di sini kita tidak sedang berbicara tentang sdr menghargai dan menghormati saya secara pribadi sebagai pendeta lokal di tempat ini, tetapi ini menjadi prinsip bagaimana menghargai dan menghormati semua hamba Tuhan dimana saja mereka berada, dan ini menjadi satu relasi yang sangat indah dan sangat baik antara jemaat, antara gereja lokal dengan setiap orang yang melayani di dalam gereja. Dan pada waktu kita katakan kita bring joy apakah berarti kita memberikan fasilitas dan gaji yang baik, mencukupkan kebutuhan hidupnya, apakah semua itu akan memberikan sukacita dan joy kepada mereka? Saya percaya tidaklah demikian. Bagi saya secara pribadi, paling tidak ada beberapa hal apa yang sebenarnya membawa sukacita yang sungguh kepada setiap kita yang melayani Tuhan.
Hal yang pertama yang memberikan sukacita bagi seorang gembala adalah pada waktu menyaksikan ada kerinduan, keinginan hati yang ingin bertumbuh dewasa di dalam mendengar dan menyikapi firman di dalam diri setiap orang yang kita layani; menyaksikan satu perubahan yang besar terjadi dalam hidupnya karena mereka bertumbuh dan mengalami firman Tuhan itu merubah hidup mereka. Bagi saya itulah sukacita yang paling besar di dalam pelayanan setiap kita ketika menyaksikan ada buah-buah pertobatan, buah-buah kedewasaan keluar dari hidup orang-orang yang kita layani. Menyaksikan mereka sungguh rindu mau bertumbuh dengan iman mereka, ingin mengenal firman Tuhan lebih dalam, mendengar dengan responsive dan receptive akan firman Tuhan yang disampaikan, itulah yang membawa sukacita di dalam pelayanan setiap kita.
Tetapi sebaliknya, suatu kesedihan hati yang besar, suatu kelelahan hati yang berat bagi setiap gembala yang melayani jikalau jemaat tidak menunjukkan kondisi rohani yang bertumbuh secara positif di tengah-tengah mereka. Itulah keluhan yang keluar dari penulis Ibrani kepada jemaat ini. “Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan” (Ibrani 5:11). Dari ayat ini kita bisa mengetahui apa yang menjadi keprihatinan dan kesedihan hati setiap gembala-gembala yang sedang melayani di tengah-tengah jemaat ini. Bukan saja ada di antara mereka yang menyangkal iman di depan umum,
ada persoalan internal sedang terjadi yang menyebabkan mereka tidak mau mendengarkan firman Tuhan, ada kemalasan untuk dengan serius dan sungguh-sungguh memikirkan keadaan spiritual mereka. Dan kita bisa lihat tegurannya yang keras kepada mereka, “Sebab sekalipun kami, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras” (Ibrani 5:12). Tidak ada kerinduan untuk menggali kebenaran firman Tuhan dan menjalankannya, sehingga itu menjadi kesedihan hati setiap hamba Tuhan dan orang-orang yang membawakan firman Tuhan melihat hal yang seperti itu.
Hal yang ke dua yang memberikan sukacita bagi seorang gembala adalah pada waktu menyaksikan
ada orang-orang yang 100% full-hearted, yang committed berbagian di dalam pelayanan. Seseorang yang datang ke gereja tidak hanya untuk dilayani tetapi dia datang dengan availability dan proaktif untuk melayani dan menjadi berkat dengan kehadirannya.
Dalam 2 Korintus 11 Paulus berbicara dengan terbuka dan panjang lebar kepada jemaat Korintus, sacrifice yang dia jalani di dalam pelayanannya. “Aku lebih banyak berjerih lelah, lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas, kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian” (2 Korintus 11:23-27), dan kemudian dia tambahkan kalimat ini, “dan dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat” (2 Korintus 11:28). And, apart from other things, there is the daily pressure on me of my anxiety for all the churches. Ada begitu banyak hal kekuatiran dan tekanan yang dihadapi gembala terhadap jemaat dan pelayanan-pelayanan yang ada. Mencintai gereja sama seperti sdr mencintai anak sendiri, di situlah kita tahu bagaimana kita akan menyerahkan hati dan cinta kita di dalam pelayanan. Kita bukan berbicara soal kekuatiran karena tidak banyak jumlah orang dan anggota gereja kita. Kita sedang berbicara soal apakah ada hati orang yang sungguh-sungguh memiliki sense of belonging, full-hearted dan committed di dalam pelayanan seperti itu. Sebuah sukacita yang terjadi dalam diri seorang gembala saat melihat setiap jemaat mempunyai komitmen hati mengasihi yang 100% di dalam gereja lokal yang Tuhan sudah percayakan kepada engkau dan saya. Itu adalah hal yang memberikan sukacita kepada setiap kita di dalam pelayanan.
Hal yang ke tiga, apa yang memberikan sukacita bagi seorang gembala di dalam sebuah pelayanan? Bagi saya secara pribadi, adalah keintiman dan kedekatan relasi gembala dengan jemaat, keterbukaan yang jujur satu dengan yang lain, mengetahui jemaat berdoa bagi dia, itulah satu sukacita yang bring joy dalam pelayanan.
Paulus menyatakan kesedihan yang dalam kepada jemaat Korintus, “Hai orang Korintus! Kami telah berbicara terus terang kepada kamu, hati kami terbuka lebar-lebar bagi kamu. Dan bagi kamu ada tempat yang luas dalam hati kami, tetapi bagi kami hanya tersedia tempat yang sempit di dalam hati kamu. Maka sekarang, supaya timbal balik – aku berkata seperti kepada anak-anakku – Bukalah hati kamu selebar-lebarnya!” (2 Korintus 6:11-13).
Profesi sebagai gembala adalah salah satu profesi yang paling lonely, yang kesendirian dan yang vulnerable. Jarang orang melihat gembalamu atau orang yang melayani dan memimpin adalah manusia biasa yang juga memiliki pergumulan dan tantangan kesulitan yang sama dialami. Mereka pikir gembala adalah seorang yang “super-spiritual” yang kebal terhadap persoalan, yang kuat menanggung segala tekanan dan yang bebas dari segala yang dialami oleh orang Kristen “biasa.” Sdr akan kaget dan tidak nyaman mendengar seorang gembala “mengeluh” dan menyatakan vulnerability hati dia dalam pelayanan. Sdr merasa heran dan curiga ada yang tidak beres dengan spiritual hamba Tuhan itu jikalau dengan terbuka mengatakan dia sedang depresi dan dalam tekanan yang begitu berat dan minta sdr mendoakan dia. Sehingga lebih banyak gembala hanya menyimpan sendiri semua itu dan tidak menyatakan kepada jemaat karena merasa tidak ada gunanya dan bahkan menciptakan gosip dan percakapan yang tidak membangun di dalam komunitas gereja terhadap dia.
Dapatkah gembala terbuka dengan jemaatnya? Dalam hal ini, sebagai gembala dan sebagai seorang yang melayani, para elders, penatua, diaken, siapa saja di gereja, kita harus menjadi orang yang belajar untuk menyimpan rahasia pada waktu melayani orang lain. Kita bukan menjadi orang yang meng-gossip dan cepat-cepat menyampaikan kesusahan kesulitan pribadi orang kepada orang lain. Kita belajar untuk menyimpan rahasia yang disampaikan orang itu karena dia trust kepadamu. Tetapi pada saat yang sama kita juga ingin menjadi orang yang terbuka satu dengan yang lain dimana kita bertumbuh di dalam openness, di dalam pergumulan yang sama. Mungkin kita tidak bisa menolong menyelesaikan persoalan itu sama-sama, tetapi paling tidak, kita bisa belajar terbuka, saling menguatkan dan saling mendoakan satu dengan yang lain. Keterbukaan yang jujur adalah hal yang sangat penting bagi sebuah gereja yang sehat. Daripada kemudian terjadi hal yang tidak baik dan di luar daripada yang kita duga lalu kemudian menjadi kekecewaan dan kemarahan dan pertengkaran antara satu dengan yang lain, yang mungkin kita jadi bingung dan tidak tahu apa yang sebenarnya menjadi pangkal persoalannya. Tidak gampang dan tidak mudah, dan sudah tentu tidak mungkin kita bisa terbuka dengan semua orang. Tetapi bagi saya, belajar untuk berbagian dalam kelompok kecil, di situ kita bisa bicara dengan terbuka dan saling menguatkan dan di situ relasi kita bisa terbangun dengan indah. Saya harap ini menjadi masukan bagi gereja kita sama-sama, di dalam life group kita masing-masing. Mari kita jadikan itu sebagai sebuah kultur yang sehat dan indah. Sekalipun tidak sempurna oleh karena banyak hal dinamika di situ, tetapi tujuannya adalah supaya kita boleh saling bertumbuh satu sama lain dan menjadi satu jemaat komunitas yang sehat.
Hal yang ke empat, bagaimana membawa sukacita kepada gembala dan semua mereka yang melayani? Mari kita boleh memberikan perhatian yang penuh dan sungguh dan kita boleh menyatakan kasih kita yang baik kepada mereka. Yang bring joy kepada setiap kita di dalam pelayanan adalah pada waktu kita tahu gereja, jemaat, gembala dan semua adalah partnership di dalam pelayanan bagi Injil. Pelayanan di dalam sebuah gereja adalah pelayanan yang sangat unik dan kita tidak boleh jatuh kepada bisnis-minded ministry. Memang betul, ada program, ada strategi, ada metode, ada prosedur, ada hal yang kita bisa ukur dan evaluasi. Tetapi hubungan di dalam sebuah pelayanan tidak boleh jatuh kepada hubungan majikan – pekerja [employer – employee]. Kita melihat pelayanan kita itu sebagai satu pelayanan yang memperlakukan mereka yang melayani sebagai gembala dengan domba-dombanya. Sehingga seorang hamba Tuhan yang mungkin masih muda di tengah-tengah sdr melayani, kita boleh hormat dan respek kepadanya karena kita tahu kita boleh memberikan kesempatan kepada dia boleh memimpin dan memberikan visi dan kita berada di sisinya dalam satu partnership, memberikan masukan-masukan dan nasehat kepadanya. Tetapi ada sukacita yang indah pada waktu kita memberikan kepercayaan kepada dia di dalam pelayanan. Hormati dan kasihi mereka. Kalau engkau melihat dia adalah gembala yang baik, yang memberitakan Injil dengan benar, itulah karakteristik seorang gembala.
Kita bring joy kepada orang-orang yang melayani di tengah-tengah kita ketika kita memberikan perhatian yang sungguh dan kindness kepada mereka. Kita memikirkan apa yang mereka butuhkan dan mencukupkan kebutuhan mereka. Seorang gembala dan seorang hamba Tuhan yang baik tidak perlu memikirkan persoalan-persoalan keuangan di dalam hidup mereka pada waktu kita tahu bagaimana menghormati, menghargai dan mencukupkan apa yang mereka perlukan. Dan selebih daripada itu kita bisa melihat dia ada pattern of Christ di dalam ministry dan di dalam hidupnya.
Setiap kita harus mengambil keputusan bagaimana kita mengambil sacrifice dalam hidup kita. Tetapi kita tidak boleh memaksa orang lain untuk melakukan sacrifice. Setiap kita harus mempunyai sikap seperti ini. Seorang hamba Tuhan yang memiliki pattern seperti Yesus Kristus, dia boleh mengabaikan dan menganggap hal ini tidak menjadi hal yang penting dan perlu bagi saya dan dia menyatakan dedikasi pelayanan dan berkorban bagi pelayanan. Mungkin kita ingin mencukupkan lebih dari kebutuhannya, dan jangan sampai kita sebagai hamba Tuhan juga tergoda melalui pelayanan kita juga dengan business-minded; kita mau lebih kaya, lebih makmur dan lebih diberkati, dan menganggap itu ciri dan tanda bahwa pelayanan kita baik dan sukses. Kita harus menjaga diri dari hal-hal seperti itu. Dan jangan tergoda untuk membandingkan dengan hamba Tuhan yang lain. Jadikan Yesus Kristus sebagai Gembala yang agung itu menjadi pattern pelayanan kita, dan kita menghargai dan menghormati setiap hamba-hamba Tuhan yang menjadikan Kristus Yesus menjadi pattern dan pola di dalam pelayanannya. Kita saksikan hidup dan perkataannya sungguh memuliakan Tuhan.
Jangan punya bisnis mentality dalam pelayanan dan jangan perlakukan gembala seperti pegawai gereja. Seringkali kita berpikir apa yang bisa diukur dari pekerjaan hamba Tuhan ini, apa programnya, apa metodenya, bagaimana cara khotbahnya menarik dan hebatkah penyampaiannya. Kita menjadikan setiap orang yang melayani itu secara fungsional saja, hanya menjadi alat. Kita tidak boleh memiliki hati dan sikap seperti itu. Pelayanan itu ada banyak hal sacrifice yang tidak terukur dan tidak terlihat. Ada hamba Tuhan yang tidak terlalu fasih dan pandai dalam berkhotbah. Dan setiap kali sdr lihat di mimbar, mungkin cara khotbahnya, cara mengajarnya biasa-biasa saja, sama sekali tidak menarik. Dan strateginya atau metodenya kadang-kadang kita lihat masih kurang baik atau kurang bagus. Tetapi banyak hal yang sdr tidak lihat di dalam hidup dia sepanjang minggu itu yang tidak terukur. Doa hamba-hamba Tuhan yang setiap hari mendoakan satu-persatu jemaatnya, itu tidak bisa diukur. Yang mungkin waktu berdoa dia sambil menangis mendoakan satu orang yang keras sekali dan tidak pernah menunjukkan keseriusan dalam hal spiritualnya. Itu tidak bisa diukur. Yang sdr tidak lihat, dia pergi membesuk, menginjili satu orang dan tidak ada buah-buah yang langsung kelihatan, dalam arti kata: seolah-olah tidak menghasilkan buah. Dan dia mengerjakan itu dengan mencari dan menginjili beberapa orang yang selama setahun itu mungkin orang yang sudah dia Injili dan doakan, tidak menyatakan respon apa-apa. Hal-hal seperti ini tidak bisa diukur. Itulah sebabnya pada hari ini saya merindukan setiap orang yang mendengarkan khotbah pada hari ini, kita membuang business-mentality di dalam relationship kepada hamba-hamba Tuhan atau mereka yang melayani di gereja. It is not employer-employee relationship. It is a shepherding, sebagai seorang gembala di dalam pelayanan. Dia bukan karyawan dimana engkau minta dia harus do this, do that, dsb. Kita juga tidak ingin menjadi seorang gembala kita juga keep pushing, dorong, dorong orang dan kita tidak pernah menjadi partner di dalam pelayanan.
Seringkali pelayanan sebuah gereja gampang sekali ganti-ganti hamba Tuhan per tiga tahun, hamba Tuhan pergi, harus ganti dengan hamba Tuhan yang baru. Tidak ada yang salah, rumah disediakan, gajinya baik, dsb. Kenapa bisa terjadi seperti itu? Karena mungkin jemaat atau majelis memperlakukan hamba Tuhan itu seperti karyawan yang harus datang “ngantor”, harus kerjakan ini dan itu, dan pada waktu dia menyampaikan visi, satu pun jemaatnya tidak ada yang bergerak, bekerja dan ambil bagian melayani. Kita tidak boleh mengatakan “Itu kan tugasnya hamba Tuhan, toh kita sudah bayar dia. Dia harus kerjakan ini itu, tanggung jawabnya.” Pada waktu kita memperlakukan hamba Tuhan dalam pekerjaan dan pelayanan Tuhan seperti itu, kita tidak akan melihat blessing dan berkat Tuhan yang baik di dalamnya.
Kiranya Tuhan memimpin dan memberkati kita pada waktu kita dengarkan firman Tuhan seperti ini. Hormati dan sayangilah setiap pemimpin-pemimpin yang berjaga-jaga dan berdoa bagi jiwamu dan mereka yang bertanggung jawab bagi pelayanan itu. Dengan demikian akan membawa sukacita bagi mereka dan bukan mendatangkan keluh-kesah. Hari ini saya memanggil setiap kita: ingat baik-baik, bawa dalam doamu pagi ini guru Sekolah Minggumu pada waktu kecil, doakan guru-guru Sekolah Minggu yang sekarang ini melayani anak-anakmu, bawa dalam doa dan ingatlah pendetamu yang dulu waktu engkau masih kecil, guru agamamu waktu SD-SMP-SMA, doakan bagi orang-orang yang juga melayani Tuhan sama-sama, jangan lupa juga bawa dalam doa para misionari dan orang-orang yang tidak engkau kenal, mereka yang mempertaruhkan hidupnya melayani Tuhan di tempat-tempat yang susah dan berat. Ingat dedikasi, sukacita dan pelayanan mereka. Itu semua adalah rantai pekerjaan dan pelayanan Tuhan yang memberkati setiap kita. Kiranya Tuhan boleh memakai, memberikan kekuatan dan sukacita yang dalam di dalam setiap pelayanan yang mereka kerjakan.(kz)
