Murtad dan Kehilangan Keselamatan

Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.
Seri: Eksposisi Surat Ibrani [7]
Tema: Murtad dan Kehilangan Keselamatan
Nats: Ibrani 6:4-8

Ibrani 6:4-8 adalah satu bagian yang sangat menyedihkan dan sungguh menakutkan, yang merupakan peringatan yang puncak daripada penulis Ibrani kepada jemaat yang menerima surat, sekaligus menjadi bagian yang menggoncangkan kita luar biasa. Sepanjang sejarah Gereja, bagian ini menjadi bagian yang penuh dengan perdebatan: apakah seorang yang sungguh-sungguh mengaku beriman kepada Yesus Kristus bisa murtad dan hilang keselamatannya? Betapa menakutkan jikalau hal itu terjadi, sebab di sini dikatakan orang itu tidak akan mungkin bisa dibaharui sekali lagi sehingga dia bertobat dan kembali kepada Allah. It is impossible to bring them back. It is impossible to restore them again.

Fakta, Yesus adalah Guru yang terbaik, yang sampai akhir masih berdoa dan membasuh kaki Yudas Iskariot. Fakta, pada waktu Yesus berjalan memasuki kota Yerusalem dimana tidak lama lagi orang-orang akan menangkap, menyiksa, menghina, menaruh mahkota duri di atas kepala Yesus, padahal Ia adalah Raja yang sesungguhnya. Yesus berlinang air mata pada waktu melihat kota Yerusalem dan dia berkata, “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang kudus yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau” (Matius 27:37). Itu adalah fakta-fakta yang tidak boleh kita abaikan. Betapa luar biasa kasih Allah dan betapa cintanya Tuhan dan betapa dedikasinya pelayanan Yesus Kristus. Tidak pernah bisa engkau temukan hal yang salah dari karakter Yesus , betapa sempurna Dia. Tetapi sedih dan sungguh menakutkan Yudas Iskariot mengkhianati dan menjual Yesus Kristus. Setiap kali membaca kisah itu, jangan kita melihat dia dengan kebencian, lihat dengan kesedihan luar biasa ada seorang seperti ini, yang sudah menerima segala kebaikan Yesus Kristus, yang sudah melihat dan bahkan sudah melakukan mujizat demi nama Yesus, namun yang sampai akhir menyangkal Yesus Kristus.
Tetapi itulah fakta yang dicatat di dalam Alkitab.

Maka penulis Ibrani menjadikan peringatan ini penting luar biasa oleh karena dia sedang berbicara mengenai orang-orang yang bukan dari luar gereja; orang-orang itu ada di dalam komunitas Kristen, di antara anak-anak Tuhan, di dalam lingkungan orang percaya. Orang itu dikatakan “pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang,” berarti mereka adalah orang yang sudah mengaku Kristen, sudah melayani, sudah melihat mujizat Yesus luar biasa, sudah dibaptis dan ikut perjamuan kudus. Ini adalah satu peringatan yang penting bagi kita agar kita tidak melihat hidup kerohanian seseorang hanya dari ukuran yang kelihatan. Demikian juga, peringatan ini adalah peringatan yang senantiasa membuat kita mawas diri, menjadikan kita menjalani hidup Kristen kita dengan serius karena kita menyadari betapa besar anugerah Allah dalam hidup kita yang kita tidak boleh memandang enteng. Menghargai betapa indahnya dan suatu hak khusus kita punya Alkitab untuk kita baca dan kita bisa mendengar khotbah-khotbah setiap minggu. Tetapi kalau ini semua tidak menjadikan hati kita kagum dan hormat kepada Tuhan, jikalau firman Allah tidak pernah merubah hati kita, firman itu masuk telinga kiri keluar telinga kanan, hari ini kita dengar minggu depan kita sudah lupa, jikalau firman Allah tidak pernah memimpin hidup kita; kita perlu peringatan keras itu menempelak dan menegur keras hati kita. Sedih kalau orang Kristen hanya jatuh kepada aspek yang kelihatan: siapa yang berkhotbah, bagaimana cara khotbahnya, apakah penyampaiannya baik dan menyenangkan, suka atau tidak suka sama dia, dsb. Firman Tuhan tidak pernah membentuk orang seperti ini. Menyadari anugerah Allah yang luar biasa, mengerti Yesus Kristus telah mati bagiku dan keselamatanku tidak akan hilang. Ia adalah Allah yang berdaulat. Sekalipun tanganku lemah memegang Dia, tetapi tanganNya kuat memegang aku. Tetapi aku tidak boleh memiliki satu keyakinan yang palsu [a false security] dan tidak boleh melihat hal yang kelihatan secara eksternal saja tetapi senantiasa melihat keselamatan itu adalah sesuatu yang berharga dan saya jalani dengan gentar dan takut.
Dalam 1 Korintus 9:25-27 Paulus mengatakan, “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi, Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” Kalimat Paulus ini mengingatkan jangan sampai setelah melayani begitu banyak, semua itu tidak ada gunanya, tidak ada buah-buah yang kekal karena engkau hanya melihat hal yang kelihatan, engkau tidak melihat hal yang lebih penting dalam hidupmu dan pelayananmu.

Nabi Amos pernah mengatakan beginilah firman Allah, “Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepadaKu korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka; dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir” (Amos 5:21-24). Orang Yahudi pada waktu itu mengukur kerohaniannya dengan berapa banyak kambing domba yang dia bawa ke rumah Tuhan, dan berapa gemuknya korban-korban itu atau indahnya liturgi ibadah di Bait Allah. Tetapi dengan jelas Allah mengatakan: Aku tidak suka, Aku muak akan semua itu. Seperti yang pemazmur katakan, “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah” (Mazmur 51:17). Allah menginginkan orang-orang yang melakukan keadilan dan orang yang berjalan di dalam kebenaran, orang yang memiliki kasih yang tulus, itu yang Tuhan suka. Betapa menakutkan kalau sampai di hadapan Tuhan, Tuhan tidak berkenan kepada kita dan kepada semua yang kita lakukan bagi Dia. Seperti yang dicatat dalam Matius 7:21-23 Tuhan Yesus berkata, “Enyahlah daripadaKu. Aku tidak kenal engkau!” betapa menakutkan!
Itulah sebabnya peringatan teguran ini mengingatkan kita hal ini tetapi sekaligus juga tidak menjadikan kita lemah dan tawar hati, kuatir akan keselamatan yang kita miliki, sebab kita lihat di dalam bagian Alkitab yang lain begitu banyak ayat-ayat yang mengingatkan kepada kita bahwa kedaulatan kuasa Allah yang begitu luar biasa. Ia yang bekerja memelihara keselamatan itu, bukan kita yang punya kekuatan memeliharanya sampai akhir tetapi Allah yang kuat, yang telah merencanakan keselamatan itu sejak awal dan akan menyelesaikannya sampai akhir. Keselamatan itu Allah yang jaga dan pelihara (1 Petrus 1:5). Ketika kita mendengar panggilan firman Tuhan berkata “terimalah Yesus Kristus,” begitu engkau percaya, maka engkau telah berpindah dari gelap kepada terang, dari kematian kepada hidup yang kekal (Kolose 1:13, 1 Yohanes 3:14). Tetapi kalau keselamatan itu kemudian bisa hilang, berarti kita harus merubah cara kita menyampaikan Injil dan berkata, ketika engkau terima dan percaya Yesus Kristus, mudah-mudahan sampai akhir nanti engkau berada di dalam kekekalan.

Ada beberapa ayat yang kita pegang sebagai janji dan jaminan keselamatan itu Allah pelihara sampai akhir. Dalam Yohanes 10:28, “Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tanganKu.” Yang mengatakan janji ini adalah Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatmu, yang telah mati di atas kayu salib bagi engkau dan saya. Pegang janji ini karena kita tahu ini adalah jaminan bahwa keselamatan kita kekal dan aman di dalam tanganNya. Dalam Filipi 1:6 Paulus berkata, “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya yaitu Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.” Tuhan yang telah berjanji itu menyuruh kita berjalan terus di dalam perjuangan imanmu karena Ia memberi jaminan pelihara engkau sampai pada akhirnya. Dalam Roma 8:31-37, Paulus berkata, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu mahluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Puji Tuhan! Dari beberapa ayat ini kita lihat bahwa keselamatan Allah itu adalah keselamatan yang kekal, yang tidak berubah di dalam hidup kita.

Dalam perjalanan Kekristenan, ada tiga pandangan mengenai murtad dan kehilangan keselamatan. Yang pertama, pandangan yang mengatakan keselamatan kita tidak mungkin hilang karena kita percaya Allah itu berdaulat dan berkuasa, Ia adalah Allah yang kuat dan yang memelihara dan janjiNya tidak pernah gagal. Tetapi peringatan-peringatan mengenai murtad dan hilang keselamatan ini penting dan serius untuk kita jangan bermain-main dengan anugerah Allah. Pandangan yang ke dua berkata: keselamatan itu bisa hilang pada akhirnya dan itu tergantung kepada orang itu, setelah dia percaya dan mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, dia harus berjalan setia sampai akhir. Jikalau sampai akhir dia berubah setia dan tidak menjaganya maka keselamatannya akan hilang. Pandangan yang ke tiga mengatakan: keselamatan itu tidak bisa hilang oleh karena Allah yang menjaga memeliharanya. Walaupun kita berdosa, anugerah penebusan Yesus Kristus lebih besar daripada dosa-dosa kita, sehingga kita aman dan secure. Namun ada satu hal yang menyebabkan keselamatan orang itu bisa hilang yaitu jikalau orang itu sendiri yang menyangkal Yesus. Maka bukan Allah yang ingkar janji, tetapi karena pihak dia sendiri yang menganulir janji pemeliharaan Allah. Dalam 2 Timotius 2:19, Paulus berkata, “Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan materainya ialah: “Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya” dan “Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.” Dasar yang Allah letakkan itu teguh sekalipun tidak kelihatan secara mata jasmani. Allah melihat ke dalam hati setiap kita dan Allah mengenai siapa kepunyaanNya, ini menjadi materainya.
Dalam Ibrani 6:4-6 ada tiga hal yang penting untuk kita perhatikan. Yang pertama, penulis Ibrani sedang berbicara memberi peringatan kepada satu komunitas anak-anak Tuhan yang berkumpul, jemaat yang kelihatan. Ia memakai peringatan daripada pengalaman umat Tuhan di Perjanjian Lama itu kepada perjalanan gereja Tuhan yang kelihatan pada waktu itu, yang secara lahiriah sama-sama kelihatan sebagai umat Tuhan untuk mengingatkan kepada mereka jangan terlalu bersandar kepada apa yang kelihatan, atau kita berpikir apa yang kelihatan ini seperti ini lalu membuat kita secure karena toh kita lihat pengalaman di dalam perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir ada gejala yang penulis Ibrani juga melihat gejala tidak sehatnya kondisi rohani mereka. Kondisi dan keadaan waktu itu membuat jemaat penerima surat Ibrani tidak mendengarkan firman dengan sungguh-sungguh, ada kepahitan dan kemarahan di dalam hati mereka, mungkin mereka kecewa kepada Tuhan, dsb. Penulis Ibrani jelas melihat kondisi itu, sehingga dia mengatakan kepada mereka: kamu masih bayi rohani. Dia bukan menuduh, tetapi menjadi satu diagnosa rohani dari kondisi spiritual dari penerima suratnya.

TUHAN pernah berkata kepada nabi Samuel, “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati” (1 Samuel 16:7). Satu-persatu anak-anak Isai berdiri di depan Samuel, tetapi semuanya tidak dipilih TUHAN. Sampai akhirnya anak yang terakhir tiba dari padang rumput, yaitu Daud, Tuhan mengatakan dialah yang Tuhan pilih. Samuel hanya bisa melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati yang tersembunyi. Paulus juga berkata begitu: kita hanya bisa melihat yang di atas permukaan, Tuhan yang melihat ke dalam hati. Sama seperti penulis surat Ibrani memberikan peringatan ini supaya kita melihat kedalaman hidup kita pada waktu kita menjadi orang Kristen hanya di KTP, pengakuan itu tidak menjadi pengakuan yang menyatakan kita sungguh-sungguh milik Tuhankah? Apakah sungguh-sungguh aku menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupkukah? Apakah saya hanya berpegang kepada keyakinan yang palsu [a false security]: aku lahir dari keluarga Kristen, kakekku dan papaku majelis gereja, keluarga kami semua melayani Tuhan, dari kecil saya sudah ikut ke sekolah minggu, bahkan kami memberikan banyak uang bagi gereja dan pekerjaan misi, dsb. Jangan sampai semua hal yang kelihatan itu membuat kita berpikir kita sudah secure. Pada waktu murid-murid Yesus melayani sama-sama, tidak ada dari mereka yang menyangka bahwa Yudas Iskariot pada akhirnya akan mengkhianati Yesus dan menjual Dia. Tidak ada dari rekan-rekan pelayanan Paulus yang menduga nanti sampai akhirnya ternyata Demas karena mencintai dunia kemudian meninggalkan Paulus (2 Timotius 4:12). Sehingga peringatan di bagian ini harus dilihat sebagai seorang hamba Tuhan, seorang nabi, seorang rasul hanyalah seorang manusia biasa yang sedang menulis firman Tuhan dengan serius, karena kita hanya bisa melihat apa yang di atas permukaan sehingga dia katakan orang-orang ini secara yang kelihatan sama-sama milik Tuhan, pernah mengaku percaya, pernah dibaptis, pernah ikut perjamuan kudus, tetapi mereka bukan sungguh-sungguh mengenal Tuhan.

Yang terakhir dari bagian ini, dalam Ibrani 6:4-6 ini ada hal yang sangat penting terlihat penulis Ibrani secara jelas menggunakan kata ganti orang yang berbeda. Di awal dia memakai kata ganti “kamu” hanyalah bayi rohani (Ibrani 5:12). Lalu penulis Ibrani dengan rendah hati berkata, marilah “kita” (Ibrani 6:1-3). Di sini dia juga menyertakan dirinya sendiri, saya juga harus sama-sama bertumbuh. Tetapi begitu masuk kepada ayat 4-6, penulis Ibrani memakai kata ganti “mereka.” Dengan kata lain, penulis tidak menuduh penerima surat adalah orang-orang yang telah murtad. Dia sedang berbicara tentang “mereka,” berarti ada sekelompok orang yang akhirnya terbukti dulu pernah kelihatan sama-sama dari atas permukaan seolah tidak berbeda dengan mereka. Di sini penulis Ibrani menyebutkan empat hal yang muncul, yang semuanya memberikan indikasi orang-orang itu memang tidak betul-betul imannya genuine. Kata yang dipakai adalah “pernah diterangi” [to be enlightened] tetapi mereka tidak hidup di dalam terang; kata yang dipakai adalah “mengecap” tetapi tidak pernah memakan dan mengunyahnya. Jadi kata-kata yang dipakai di sini memberikan indikasi kepada kita hanya kepada aspek-aspek yang kelihatan di luar saja. Dalam hal apa? Boleh kita katakan semua hal-hal kelihatan secara rohani yang bisa menjadikan mereka sebagai orang Kristen: mereka adalah anggota gereja, mereka pernah menjadi bagian daripada komunitas gereja lokal, mereka sudah menerima perjamuan kudus, mereka sudah melihat mujizat yang dikerjakan oleh Allah di tengah-tengah mereka, mereka mendengarkan firman, mereka juga hadir dan ikut bersama-sama di dalam ibadah seperti umat Israel di padang gurun masuk ke dalam Kemah Suci beribadah dan berbakti. Tetapi ini yang kemudian penulis Ibrani katakan: “Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah; tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk, yang berakhir dengan pembakaran” (Ibrani 6:7-8). Hati mereka penuh dengan semak dan onak duri yang menghalangi benih firman Tuhan tidak pernah berakar. Ilustrasi itu mengatakan mereka memang tidak pernah sungguh-sungguh percaya dan terima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, tetapi kita tidak bisa melihat ke dalam hati mereka karena itu tersembunyi di bawah permukaan. Yang bisa kita lihat hanya dari yang nampak di permukaan saja. Kita tidak perlu takut, kita tidak perlu kuatir, dan kita tidak perlu kaget jikalau mendengar ada orang yang sebelumnya Kristen tetapi kemudian menyangkal nama Yesus dan meninggalkan imannya. Kita hanya sedih, karena kita tahu mereka tidak pernah memiliki iman sejati. Itulah sebabnya tidak heran dengan gampang dan mudah mereka murtad menyangkal dan mengatakan tidak pernah kenal dan percaya Yesus Kristus. Kenapa? Karena iman orang itu memang tidak pernah ada. Ini adalah peringatan yang diberikan oleh penulis Ibrani kepada semua orang yang mengaku Kristen karena dia hanya bisa melihat yang di atas, berarti ini juga menjadi firman yang sama menjadi peringatan kepada umat Tuhan yang mendengarkan firman Tuhan. Tetapi sekaligus juga menjadi satu kesadaran pada waktu kita mengatakan: Tuhan, imanku kecil dan lemah, tetapi aku percaya dan tahu, aku menerima dan sungguh mengasihi Tuhan. Aku mau hidup berjuang mendisiplinkan diri. Aku tahu aku ingin berjalan di dalam perjalanan perjuangan imanku sampai akhir dengan setia. Tuhan pimpin dan pegang tanganku. Kadang-kadang saya tersandung, saya terjatuh, saya berjalan dengan pelan dan lemah. Tuhan berkata kepada kita: jalan dengan setia sebab Aku pegang tanganmu. Saya rindu setiap kali kita mendengarkan firman Tuhan, firman ini boleh membawa kita kembali kepada Tuhan. Sekalipun teguran itu membuat kita merasa sedih karena kita sudah mengecewakan Tuhan, mendatangkan perasaan gentar dan hormat setiap kali kita datang berbakti ke hadapan Tuhan. Sekaligus menjadi teguran dan peringatan bagi kita yang melayani Tuhan, kadang-kadang justru mereka yang terlalu gampang dan mudah keluar masuk tempat kudus Allah, kita kehilangan rasa kagum, hormat dan takut kepada Tuhan. Terlalu gampang kita yang berkata-kata dan berkhotbah menganggap ringan dan menghina firman Allah itu sendiri. Itu sebab Yakobus mengingatkan, setiap orang yang menjadi pengajar firman Tuhan di hadapan Tuhan, Tuhan akan memberikan penghakiman yang jauh lebih berat dan lebih besar [lihat: Yakobus 3:1]. Firman Tuhan ini selalu ingatkan kita, siapa pun kita, setiap kali kita datang menghadap tahta Allah, datang dengan gemetar, takut dan hormat memuji Allah, menyadari kehadiranNya dalam hidup engkau dan saya. Cintai Tuhan, layani dengan sungguh, dengan jujur, dengan serius hidup kita fokus kepadaNya.(kz)